Author Archives: admin

Multi Nitrotama Kimia’s second plant starts commercial operation

Explosive maker and distribution firm PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) increases the capacity of  its ammonium nitrate production from only around 37,000 tons to 137,000 tons a year by starting the commercial operation of its second ammonium nitrate plant inKrawang, West Java, in mid-January this year.

MNK, established in 1987, has obtained the permit to produce and distribute explosives since 1991. The ammonium nitrate, as one and the main raw material for explosives, has been produced since 1990 in the MNK first plant, which has the capacity to produce only around 37,000 tons of chemicals per year.

Though the plant produces only 37,000 tons ammonium nitrate per year, MNK has, however, managed to distribute up to 200,000 tons per year. MNK has imported the rest of the chemicals to be distributed locally, especially to the coal industry, Dharma Djojonegoro, the President & CEO of PT MNK, told Coal Asia in early February 2012 in Jakarta.

This year, MNK is optimistic they would be able to produce an additional 90,000 tons of ammonium nitrate in their second plant, so the total production of both plants would reach 127,000 tons, Dharma said. “The second plant is actually capable of producing up to 100,000 tons per year,” Dharma said.  For the total distribution of ammonium nitrate this year, MNK has set the target to manage up to 235,000 tons, which is an increase compare to that of last year, which was 180,000 tons. ”We keep on trying to reduce the import volume of the ammonium nitrate,” Alex Djajadisastra, the Commercial Director of PT MNK said.

According to Alex, the local market of explosives is still wide open. Moreover, the mining industry, especially coal mining, has continued to develop. Alex estimated around 570,000 to 580,000 tons of ammonium nitrate would be needed throughout the year to anticipate the growth of the industry. ”Within the next five years, this industry will continue to grow… as there is the factor in which the coal industry also continue to develop and grow…. The average growth would be around eight to 10 percent per year,” said Rolaw P. Samosir, MNK’s director of Finance and Administration, who accompanied Alex during the talk with Coal Asia.

At present, around 70 percent of the explosive products have been used to facilitate the coal mining industry. Alex said that around 20 percent has been utilized in other mineral mining, while the remaining 10 percent is locally distributed to facilitate various industries such as; construction, and cement.

MNK currently holds around 45 percent market share of the explosive industry. There are at least seven more similar companies competing in the same market which is still wide open, Alex said. Some of MNK’s major clients, Alex said, include PT Freeport Indonesia, PT Pama Persada, PT Newmont Nusa Tenggara (NNT), PT Adaro Indonesia, PT Kideco Jaya Agung, and PT Asmin Koalindo Tuhup.

MNK is the only company, which runs an integrated business on explosives, starting from  trading, production, as well as service provisions. ”Maybe we offer the same product as everyone else does, but we offer more to our clients,” Alex said.

”We offer full, all-in services; we prepare the plant, we install the explosives on the designated place, put them into the set holes, and detonate the explosives. MNK offer reliability and prime customer services to our clients,” Alex said.

Besides that, Rolaw added that MNK deserved the excellence because it could ensure sustainable production of ammonium nitrate, as its raw materials are, among others, ammonia (NH3) and nitric acid (HNO3) which can be easily obtained from the fertilizer maker PT Pupuk Kujang, which is located near MNK’s ammonium nitrate plant. Besides that, PT Pupuk Kujang is actually one of MNK shareholders which hold approximately 25 percent ownership of PT MNK.

“We secure the raw material supply,” Rolaw said. At present, the majority of MNK shareholders are Indonesia-listed firms; PT Ancora Indonesia Resources Tbk with 50 percent ownership shares, Yayasan Dana Abadi Karya Bakti (Dakab) with 25 percent ownership, and the fertilizer maker, PT Pupuk Kujang. MNK has also actively engaged in trading activities of goods related to ammonium nitrate products, also blasting services, which include accessories and  other supporting equipments. The company has worked together with several reliable suppliers in the field. Ammonium Nitrate Fuel Oil (ANFO) is one of many types of materials for explosives with the largest part of its components, consists of ammonium nitrate mixed with fuel oil. Based on developed research, experts in mining industry prefer the use of ANFO due to its safety and economical characteristics. Compared to other types of raw materials for explosives, ANFO is in the category of dry-based explosives with high safety for either in-soil blasting or open detonations with the hole-diameter between one and 12 inches, or more.

MNK sells various types of accessories for explosives for mining activities, such as dynamites, detonators, and nitric acid.

Nitric acid is one of the ingredients to manufacture ammonium nitrate, emulsion, also bulk explosives.

For types of services, MNK provides, among others, total loading and blasting services, also down-thehole services which is an integrated services for mining works. They include producing the explosives manually, as well as in mobile setting, installing the explosives in the priming holes (installing detonators and dynamites), and loading bulk explosives.

Besides that, MNK also offers consultation services for detonation techniques and mobile mixing units so that the installation process (filling explosives into the drilled holes) can be more practical and done faster.

Source : Coal Asia, Volume 16, Februari 23, – March 23, 2012

Menperin resmikan pabrik amonium nitrat di Cikampek

Karawang (ANTARA News) – Menteri Perindustrian MS Hidayat meresmikan pabrik amonium nitrat kedua milik PT Multi Nitrotama Kimia yang berlokasi di Kawasan Industri Kujang Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Senin.

Direktur Keuangan PT Multi Nitrotama Kimia, Rolaw P Samosir, mengatakan, pabrik amonium nitrat PT Multi Nitrotama Kimia yang kedua mulai dibangun sejak Oktober 2009 dengan investasi sebesar 69 juta dolar AS. Pembiayaan pembangunan pabrik tersebut diperoleh dari dana setoran pemegang saham, pinjaman bank dan dana internal perusahaan.

Dalam pembangunan pabrik tersebut, PT Multi Nitrotama Kimia menunjuk konsorsium PT Inti Karya Persada Tehnik, sebagai perusahaan yang melakukan konstruksi pabrik PT Multi Nitrotama Kimia kedua serta chemical dan fertilizer industry holding, sebagai konsultan enginering.

Direktur Komersial PT Multi Nitrotama Kimia, Alex Djajadisastra, mengatakan, dengan dioperasikannya pabrik PT Multi Nitrotama Kimia kedua, maka PT Multi Nitrotama Kimia memiliki dua pabrik yang berlokasi di Kawasan Industri Kujang Cikampek, di atas lahan seluas 5 hektare.

“Total kapasitas produksi dari dua pabrik amonium nitrat itu sebesar 140.000 metric ton per tahun,” kata Alex dalam siaran pers, yang diterima ANTARA, di Karawang, Senin.

Selain mengembangkan produksi dan jasanya, kata dia, PT Multi Nitrotama Kimia juga terus melakukan pengembangan sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan dan persaingan usaha yang semakin ketat, dalam industri global.

PT Multi Nitrotama Kimia merupakan salah satu pemimpin pasar industri jasa pertambangan di Indonesia, terutama dalam produsen dan distribusi amoniun nitrat. Amonium nitrat itu sendiri ialah bahan baku utama yang digunakan dalam proses peledakan pertambangan.

Sementara itu, peresmian pabrik PT Multi Nitrotama Kimia itu sendiri dilakukan Menteri Perindustrian MS Hidayat, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.

Peresmian pabrik itu ditandai dengan menekan tombol sirine, penandatanganan prasasti, dan penandatanganan produk pertama pabrik PT Multi Nitrotama Kimia kedua.

OKAS incar kontrak US$ 100 juta

JAKARTA. Menjaga agar pertumbuhan kinerjanya tetap stabil di masa mendatang, PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) gencar mencari kontrak baru. Dengan demikian, kinerja OKAS tidak tergantung pada klien-klien tertentu.

Produsen amonium nitrat dan bahan peledak ini mengincar kontrak dari tiga sampai empat klien baru di 2012 nanti. “Nilai kontrak yang kami incar sekitar US$ 50 juta-US$ 100 juta,” kata Dharma H. Djojonegoro, Direktur Utama OKAS, dalam paparan publik di Jakarta, Senin (12/12).

Selama ini, OKAS masih bergantung pada klien-klien besar, seperti Freeport Indonesia dan Chevron Pacific Indonesia. Masalahnya, tahun ini kedua perusahaan tersebut terbelit masalah pelik.

Freeport misalnya, sudah tiga bulan terakhir dihantam aksi mogok dari para buruhnya. Alhasil perusahaan tambang ini harus menghentikan produksi untuk sementara. Otomatis, order amonium nitrat ke OKAS pun terhenti.

Kondisi ini jelas berdampak negatif pada kinerja keuangan OKAS. Di sembilan bulan pertama 2011, perseroan ini hanya bisa mencetak penjualan Rp 852,98 miliar.

Jumlah ini lebih kecil 19,89% dari penjualan di periode yang sama tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 1,06 triliun. Maklumlah, OKAS hanya mengandalkan order dari dua klien, yakni Indominco Mandiri dan Pama Persada Nusantara.

Akibat penurunan penjualan, OKAS membukukan rugi yang distribusikan pada pemilik induk sebesar Rp 5,97 miliar, turun dari laba Rp 13,21 miliar di tahun sebelumnya. “Target tahun ini boleh dikatakan kandas,” keluh Dharma. Karena itulah, perseroan ini berniat mencari klien baru.

Klien baru

Tahun ini, sudah ada beberapa klien baru yang berhasil digaet. Agustus lalu, OKAS memenangkan kontrak dari PT Adaro Indonesia Tbk (ADRO) untuk memasok amonium nitrat dan jasa pertambangan sebesar US$ 75 juta.

Selanjutnya, OKAS mendapat kontrak dari Asmin Koalindo Tuhup senilai US$ 25 juta. Kedua kontrak tersebut diperoleh melalui anak usaha OKAS, yakni PT Multi Nitrotama Kimia. Kontrak berlaku selama tiga tahun.

OKAS optimistis langkah diversifikasi klien ini bisa meningkatkan kembali kinerja perseroan. Tahun depan OKAS menargetkan penjualan bisa mencapai Rp 1,5 triliun, naik 36,4% dari target penjualan tahun ini, sebesar Rp 1,1 triliun.

OKAS juga mengincar EBITDA sebesar US$ 25 juta-US$ 35 juta. Target ini lebih tinggi 75% dari target realisasi EBITDA tahun ini sebesar US$ 15 juta-US$ 20 juta.

Perseroan ini juga akan menggenjot volume penjualan tahun depan. Manajemen OKAS juga menargetkan peningkatan kapasitas produksi dengan selesainya pembangunan pabrik MNK-2.

Dengan pabrik baru tersebut, perseroan ini mematok kapasitas produksi bakal naik hingga empat kali lipat menjadi 150.000 ton per tahun. Saat ini, OKAS baru bisa memproduksi amonium nitrat 37.000 metrik ton per tahun.

Reza Priyambada, Kepala Riset Indosurya Asset Management, menilai positif rencana bisnis OKAS tersebut. Namun ia menegaskan hal tersebut tidak akan berimbas pada pergerakan saham OKAS.

Pasalnya, saham OKAS kurang diminati pelaku pasar. Investor menganggap industri pendukung pertambangan yang digeluti OKAS kurang menarik. “Walau tahun depan OKAS bisa mencetak kinerja lebih baik, pergerakan saham tidak akan terlalu atraktif,” ujar Reza.

Sekadar catatan, OKAS juga sebenarnya berniat mengakuisisi tambang batubara untuk mengerek pendapatan. Tapi rencana ini tak juga terlaksana karena perseroan belum mendapat pendanaan.

Multi Nitrotama Kaji Bangun Pabrik Detonator di Kaltim

KARAWANG – PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) mengklaim telah menguasai 40 persen atau sekira 170 ribu ton per tahun pangsa pasar amonium nitrat nasional.

“Nanti 2012 permintaan amonium nitrat diperkirakan tembus 550 ribu ton dan itu menjadi alasan mengapa kami berekspansi dan rencananya kami akan terus ekspansi karena semua tambang pasti butuh amonium nitrat. Kami ingin mempertahankan tingkat penguasaan pangsa pasar di sekira 40-50 persen,” kata Direktur Utama PT MNK Dharma Djojonegoro di sela-sela acara peresmian pabrik PT Multi Nitrotama Kimia (MNK) kedua di Cikampek, Karawang, Jawa Barat, Senin (3/10/2011).

Pada tahun depan, kata dia, perusahaan menargetkan ingin membangun pabrik perakitan penyulut peledakan yakni detonator di Kalimantan Timur.

“Produsen untuk aksesoris seperti booster dan detonator di Indonesia sekarang nyaris belum ada. Ada tapi masih sedikit sekali,” paparnya.

Menurutnya, masih tingginya impor amonium nitrat disebabkan oleh adanya keringanan impor, mulai dari bebas Bea Masuk hingga pajak lainnya.

“Banyak keringanan impor diberikan dalam master list yang sebenarnya untuk capital goods karena memang selama ini 90 persen amonium nitrat diperoleh dari impor. Dengan adanya tambahan pabrik baru, kami harapkan pemerintah meninjau ulang kebijakan itu agar industri nasional lebih tumbuh,” tandas Dharma. (rfa) (Sandra Karina/Koran SI/wdi)